On-Page SEO

On-page SEO, sudah sejak lama saya pingin nulis artikel ini. Bagi saya pribadi, On-page SEO ibarat sebuah pondasi bangunan, jika kuat, maka ia akan mampu menopang sebuah bangunan sampai ke atap. Jika tidak, makan akan mudah sekali bangunan tersebut roboh.

Well, sebelum lanjut lebih jauh, disini saya pingin ngajak sedikit berpikir lebih dalem terkait on-page SEO. Pada dasarnya, ada pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya bisa kita sendiri temuin dengan menganalisis. Pertanyaan tersebut antara lain:

1. Apakah artikel panjang itu wajib sebagai acuan On-page SEO?

Jika jawabannya iya, maka sesekali kita perlu melakukan analisa kenapa banyak website yang nggak pakai artikel tapi masuk halaman satu. Contoh sederhananya ecommerce.

2. Apakah density itu wajib sebagai acuan On-page SEO?

Jawabannya bisa sama kaya poin pertama, atau jawaban lain bisa kita lihat pada blog-blog yang nggak mikirin density.

Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang bakal nanti membuat kita mikir dan tau sendiri sih, oh jadi ini primer, ini sekunder.

Pertanyaannya, apa salah menerapkan hal-hal sekunder? Nggak ada yang salah, malah justru bagus, karena bisa menambah score SEO kita. Tapi khusus density, sebaiknya harus sedikit berhati-hati agar artikel jadi nggak rancu ketika dibaca oleh pengunjung.

Oke, mari kita lanjut.

Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, ada 2 hal dalam onpage SEO yang bener-bener musti kita pisah dulu. Primer sama Skunder. Dan melalui artikel ini, saya akan bahas itu secara terpisah juga.

On-page SEO Primer

1. Judul

Dulu, pemain SEO memang sangat kaku sekali dengan ini. Judul harus exact sesuai keyword yang dibidik. Tapi kalau ngelihat bukti kaya yang dibawah ini gimana?

Screenshot at Mar 30 00 07 34

Nah lo? pie jal perasaanmu?

Kan itu detik.com mas, ya jelas aja dong. Web besar, Web yang authority-nya tinggi.

Oke, saya punya 2 jawaban untuk menjawab ini. Jawaban pertama, ya udah silahkan bikin web sekelas detik. Jawaban kedua, silahkan cek keyword terkait kesehatan atau gadget. Saya kasih beberapa contoh deh.

Jepretan Layar 2018 09 19 pada 22.29.02

Saya rasa sampai disini jelas, dan memang di era Google Brain seperti sekarang. Google sudah lebih jago membedakan istilah yang serupa. Jadi ni, judul gak perlu plek duplek alias sama persis dengan keyword yang kita incar.

2. Meta Description

Pada dasarnya, meta description itu penting gak penting sih. Kenapa saya bilang gitu? karena ada 2 kemungkinan google menampilkan deskripsi di hasil pencarian. Pertama dari meta description itu sendiri, kedua potongan dari konten yang ada pada sebuah halaman web.

Tapi kenapa saya masukkin ke hal primer? Karena kalau sampai kosong, kependekan, atau kepanjangan (sama judul halaman juga), nanti jadinya bakal nongol error seperti ini.

Jepretan Layar 2018 03 28 pada 19.13.54

Yang jelas ini wajib di isi. Dan pendapat saya, tetep gak harus exact sesuai dengan keyword yang diincar.

3. Link Canonical

Ini udah barang wajib biar gak boleh dilewatin. Pada dasarnya, banyak plugin yang sudah menyematkan fitur ini, antara lain AIO dan Yoast.

4. Mobile friendly

Google sendiri sudah meluncurkan mobile first indexing (selengkapnya bisa dibaca pada artikel: mobile SEO). Jadi, mau gak mau nih, website harus mobile friendly kalau mau SEO friendly.

Jepretan Layar 2018 09 19 pada 23.21.19
Update 19 September 2018, mobile first indexing.

5. Konten yang Relevan

Konten yang relevan (versi saya) ini menurut saya susah untuk digambarin, karena ngukurnya pakai naluri. Dan pengertian umum mengenai konten ini menurut saya agak rancu, banyak yang seakan menggeneralisir bahwa konten samadengan artikel. Padahal konten itu luas banget.

  • Artikel = Konten
  • Video = Konten
  • Gambar = Konten
  • Dan banyak hal.

Kadang-kadang soal relevansi konten ini, kita bener-bener harus jeli mengukur.

Anggaplah untuk keyword “cek ongkir JNE”, maka konten yang tepat adalah sebuah form untuk cek ongkos kirim bukan malah sebuah artikel yang membahas soal cek ongkir JNE.

Dari sini, gambaran sederhananya adalah sebelum membuat sebuah konten, kita harus memosisikan diri pada posisi calon pengunjung. Dengan begitu, kita akan mudah sekali membuat konten sebuah web.

Termasuk jika konten itu sebuah artikel, tidak cukup hanya modal SEO friendly, tapi harus sesuai apa yang dicari pengunjung.

Contohnya bedasarkan pengalaman pribadi saya. Ketika saya ada kerjasama distribusi “suplemen penyubur kandungan”, saya jelas ingin merangkingkan keyword kakap “cara cepat hamil”. Pada saat itu saya dan team setengah mati merangkingkan artikel yang isinya adalah “cara cepat hamil dengan madu penyubur”, dan hasilnya failed alias gagal. Yang ada cuma bisa merangking di keyword “cara cepat hamil dengan madu penyubur”, bukan keyword utamanya “cara cepat hamil”.

Alhasil, saya dan team melakukan beberapa riset, karena kebetulan kakak sepupu saya lulusan akademi keperawatan, saya berdiskusi dengan dia. Dan yang saya dapati adalah kebutuhan orang yang ingin segera hamil adalah konten yang isinya berkaitan dengan “penyebab sulit hamil” dan “solusinya”.

Dari situ konten diubah dan akhirnya (pernah) sukses di page one urutan pertama. Sayangnya sekarang kena update Google Search Quality Rater Guidelines yang mengharuskan konten kesehatan ditulis oleh ahli di bidangnya (dokter).

On-page SEO Skunder

1. Heading

Tag heading (h1, h2, h3) menurut saya masuk dalam kategori skunder. Jika kita lihat, ada banyak web yang tidak menggunakan heading dan aman-aman saja.

Pada beberapa kasus, optimasi heading yang baik bisa menggantikan peran title tag untuk dimunculkan pada hasil pencarian. Misalnya saja seperti ini.

Screenshot at Sep 19 23 48 16

Jika dilihat, hasil judul tersebut tidak sesuai dengan title tag, karena yang ada pada title tag adalah “J&T Express”. Besar kemungkinan judul tersebut diambil dari h3 yang ada pada halaman tersebut.

Screenshot at Sep 19 23 48 40

2. Fast Load

Lagi-lagi update Google. Mulai Juli 2018, kecepatan halaman website (pagespeed) akan menjadi faktor peringkat dalam pencarian mobile (terkait mobile SEO). Selengkapnya bisa dibaca disini. Tapi saya pribadi masih melihat bahwa poin ini masih bisa dibilang faktor skunder, buktinya masih banyak situs yang beratnya kaya batu beton tapi masih aman-aman saja.

3. ALT pada gambar

Pada dasarnya, ALT pada gambar bisa menjadi faktor primer pada kondisi tertentu. Terlebih jika kita ingin membuat gambar kita ranking juga, jika enggak ya sunnah aja mau dipakai mau enggak.

4. Internal Link

Internal link yang baik akan membuat pengunjung betah membaca sebuah blog, namun pada kondisi tertentu memang kita kesulitan membuat internal link. Selengkapnya soal internal link bisa dibaca disini.

5. Schema.org

Penggunaan schema.org ini menurut saya juga faktor skunder, tergantung kebutuhannya apa. Pada umumnya situs-situs besar seperti Tokopedia, Bukalapak, dan sebagainya akan menggunakan schema versi product, maka daripada itu kita sering melihat halaman mereka nongol rating bintang dan kadang harga produknya berapa.

Pada kasus lain ada juga blog resep, seringkali kita melihat ada penampakan unik di hasil pencarian. Dan ini merupakan hasil karya schema.org.

Atau adalagi misalnya hasil dari web pantainesia.com ini, ini juga merupakan hasil penggunaan schema.org.

Screenshot at Sep 19 22 53 32

Satu hal yang perlu digaris bawahi terkait schema.org ini adalah perlu pengetahuan khusus terkait implementasinya. Oleh sebab itu, jika memang kesulitan mengimplementasikan sebaiknya urungkan niat untuk menggunakan, karena jika salah-salah bisa menyebabkan banyak notifikasi error di webmaster tools.

Banyak juga theme yang terkadang mengimplementasikan schema.org namun tidak valid. Saran saya, silahkan cek di webmaster tools masing-masing atau cek di https://search.google.com/test/rich-results, jika terjadi banyak error segeralah perbaiki.

Plugin SEO: All in One SEO vs Yoast SEO

Seringkali saya ditanya lebih pilih mana. Saya pribadi lebih memilih All in One SEO.

Keduanya punya kelebihan masing-masing, namun bagi kita yang jeli, Yoast seringkali menyebabkan error pada halaman yang dihalamankan (contoh: https://mastahseo.com/page/2). Pada plugin Yoast, halaman semacam ini tidak di noindex, alhasil seringkali membuat halaman semacam ini duplicate dengan halaman lain.

Namun bukan berarti masalah pada Yoast ini tidak bisa diatasi. Kita bisa melakukan noindex dengan robots.txt atau jika jago pemrograman, hal ini bisa dengan cara membuat sebuah fungsi.

Sementara itu dulu yang bisa saya tulis, akan saya tambah jika memang diperlukan. Bisa juga usul melalui komentar, kira-kira faktor onpage apa yang belum saya bahas.

33 komentar pada “On-Page SEO”

    • Heading menurut saya pribadi juga masuk kategori skunder. Pada kasus tertentu, heading bisa menggantikan peran tag title (yang dimunculkan di hasil pencarian sebagai judul). Jadi itu kenapa bisa dibilang keyword dalam heading cukup penting.

      Balas
  1. “Dari situ konten diubah dan akhirnya (pernah) sukses di page one urutan pertama”

    Kontent dirubah sampai 100 persen atau hanya sebagian mas?

    Balas
  2. om admin bila suatu thema tidak mobile frendly apakah ada suatu plugin atau settingan khusus.. klo ada minta link nya.. terima kasih.

    Balas
  3. Hmmm…gimana ya bang cara ngatasi duplicate paginasi (page1, page 2 dst), masalahnya saya udah kadung pasang plugin yoast dari awal build blog.

    eh ternyata fungsi kanonisnya udah ga ada di yoast, ??

    Balas
  4. Pada plugin Yoast, halaman semacam ini tidak di noindex, alhasil seringkali membuat halaman semacam ini duplicate dengan halaman lain. < Bukannya udah ada di settingan default yoast ya? wkwkwk

    Balas
  5. Cara optimasi heading yang baik bisa menggantikan peran title tag untuk dimunculkan pada hasil pencarian gimana mas? Saya lihat banyak blog SEO kelas kakap seperti ini. Contohnya saja Panduanim dan Mastah SEO. Kalau boleh dibikinkan tutorial nya mas, gapapa kalau misalnya lebih ke teknis koding karena kebutulan ada punya basic koding. Sudah lama saya penasaran akan hal ini mas.

    Balas
    • Pada dasarnya gak ada perlakuan khusus, Google sendiri yang memilih “judul atau heading yang lebih relevan” dengan apa yang user mau.

      Cara sederhananya dengan membedakan judul dan heading. Misalnya: “Tips SEO untuk Blog” sebagai title, “Cara SEO untuk Blog” sebagai heading.

      Jadi gak ada perlakuan khusus terkait koding.

      Balas
    • tapi saya gak menemukan kata tag heading dari mastah SEO yang sama dengan kata tag judul yg muncul di pencarian google, jadi kalau misal tag judul diambil dari tag heading kurang masuk akal menurut saya kalau tidak ada perlakuan khusus. Entah itu dari template blog atau editornya. Mungkin bisa dikasih tips mas biar bisa seperti blog Mastah SEO? saya masih kebingungan ttg hal ini. misalnya ini rahasia SEO, boleh nanti saya tanya khusus secara private mas hehe.

      Balas
    • btw, saya sudah pernah menerapkan hal yg mas bilang kalau tag judul bisa diambil dari tag heading. namun, hasilnya tetap sama yg muncul dipencarian adalah tag judul yg ditulis bukan tag heading.

      Balas
      • Saya pribadi merasa gak ada rahasia khusus terkait ini, yang mungkin terjadi adalah kesalahpahaman saya dalam mengartikan pertanyaan mas Zaini. Coba PM saya di FB ya mas. Kasih beberapa contoh juga biar saya bisa bantu analisis “kemungkinan”.

        Saya cuma bisa bantu kalau mas ada beberapa contoh yang bisa saya jadikan bahan analisa.

        Balas
  6. Judul memang sangat penting, karena pengunjung lebih fokus melihat artikel dri judulnya terlebih dahulu, judul yang unik dan beda dri yg lain (hal 1 google) akan lebih baik sepertinya. Betul kah mas Airul?

    Balas
    • Standar maksimalnyanya, 160 karakter. Tapi secara pribadi, saya biasanya ambil 130 karakter, kalau sampai 160 seringnya kepotong, apalagi kalau di serp nongol tanggal.

      Balas
  7. Barakallohufik mas saya mau tanya mas..klw untuk membidik keyword short yg tentang nice produk lapangan olahraga apa perlu lebih menjelasakan spesifik nya pada keyword tersebut ? Karena saya sampai sekarang belom nemu titik nya bagaimana bisa masuk page one. Mohon pencerahan nya mas.

    Balas
    • Sebaiknya iya, istilahnya “search intent”. Dengan paham “search intent” intent dari sebuah keyword, kita akan tahu sebuah keyword itu arahnya kemana, jadi pembuatan konten juga gak ngasal.

      Gambarannya misal: “jual rumput sintetis”, ya fokusnya ke produk tersebut, kalau sampai melebar kemana-mana, yo ra masuk pak eko, hehehe.

      Balas
  8. Salam mas airul.. mau tanya donk.. kalau amp sendiri masuknya kemana ya..? saya masih agak galau perihal ini.. misal ketika theme kita sudah mobile friendly dan load 1.5 detik, masih perlukah di convert ke AMP?
    .
    dan menurut panjenengan ‘dimata google’ lebih disukai mana? AMP atau theme mobile friendly dengan kecepatan tinggi.
    .
    terimakasih sukses selalu

    Balas

Tinggalkan Balasan ke Handayat Batalkan balasan