Tahun 2022 terbilang sebagai tahun yang cukup ‘berdarah-darah’ bagi sebagian praktisi SEO. Hampir tidak terhitung berapa kali update dirilis oleh Google pada tahun 2022 ini. Mulai dari helpfull content, sampai yang terakhir SpamBrain.
Yang sejak awal nurut sama aturan main, ya santai-santai aja. Yang ‘ngakalin’, banyak yang kena imbas.
Lantas, di tahun 2023, kira-kira SEO ini bakal seperti apa?
Saya pribadi menilai, Google makin kesini makin mengedepankan teknologi AI dalam hal ranking. Hal tersebut bisa dilihat dari update helpfull content dan update SpamBrain. Keduanya fokus sama AI.
Bagi saya pribadi, update belakangan ini merupakan sesuatu yang menyenangkan. Bukan karena algoritmanya memihak ke saya, namun karena ada sesuatu yang menarik untuk digali. Alih-alih method lama yang cuma posting, backlink, page one, SEO sekarang perlu kreatifitas dalam membangun strategi agar bisa menyesuaikan diri dengan sistem AI.
Nah untuk mengikuti maunya Google di tahun 2023, ada beberapa hal yang menurut saya perlu difokuskan. Biar nggak jlimet, dan bikin ruwet, langsung aja kita bahas.
1. E-A-T
E-A-T merupakan singkatan dari Expertise, Authoritativeness, dan Trustworthiness.
Secara singkat, Google menginginkan sebuah konten yang muncul di halaman mereka ditulis oleh ahlinya dan diterbitkan oleh website yang dapat dipercaya.
Untuk lebih jelasnya, berikut detail terkait E-A-T:
- The expertise of the creator of the content (Keahlian pembuat konten).
- The authoritativeness of the creator of the content, the content itself, and the website (Kewenangan pembuat konten, konten itu sendiri, dan situs web).
- The trustworthiness of the creator of the content, the content itself, and the website (Kepercayaan pembuat konten, konten itu sendiri, dan situs web).
Setidaknya ada tiga poin pertama yang harus difokuskan untuk membangun hal ini:
Pertama: mulai membangun website atau blog yang sesuai dengan minat kita (atau dalam case perusahaan, mulai membangun tim penulis yang memang expert di topiknya).
Kedua: Menampilkan informasi penulis pada konten yang diterbitkan. Akan jauh lebih baik jika profil penulis dilengkapi dengan bio, foto profile, dan sosial media.
Ketiga: Mulai membangun brand website itu sendiri. Misalnya dengan membangun Facebook Fanspage, Twitter, Instagram, dan sebagainya. Ini akan sangat membantu Google mengenali brand kita dengan lebih mudah.
Update: Google baru baru ini menambahkan 1 parameter baru dan mengubah E-A-T menjadi E-E-A-T.
Apa yang baru dari E-E-A-T ini? Yang baru hanya penambahan satu E di depan yang berarti Experience.
Secara sederhana, experience mengacu pengalaman nyata dari author terhadap konten yang dia terbitkan. Sebagai contoh, jika ingin membuat konten terkait review sebuah tempat wisata, maka konten yang baik sebaiknya ditulis oleh orang yang memang benar-benar pernah berkunjung ke tempat wisata tersebut.
Contoh lain katakanlah review smartphone, maka konten yang baik adalah konten yang benar-benar dilakukan oleh orang yang memegang smartphone yang ingin di review.
Lantas, bagaimana cara mengtahui bahwa website kita sudah memenuhi kriteria E-A-T?
Sederhananya adalah ketika konten situs tersebut bisa sering muncul di Google Discover, pasalnya Google sendiri menyebutkan jika akan menampilkan konten di Discover dari situs yang memiliki keahlian, otoritas, dan kredibilitas (E-A-T) yang tinggi.
Dari ini pula, kita tentunya juga bisa melakukan riset dengan cara melihat situs-situs yang sering muncul di Discover sebagai acuan untuk membangun E-A-T.
2. Fokus ke User Experience
Bagaimanapun, Google diciptakan untuk membantu user. Algoritmanya pun dibuat menyesuaikan dengan keinginan user.
Kompleks memang membahas user experience ini, dimulai dari hal-hal kecil seperti mobile friendly, https, hingga membuat konten yang membuat user betah di website kita.
3. Buat Konten yang Helpful
Algoritma helpful content menjadi alasan kuat kenapa di tahun 2023 kita harus mulai fokus membenahi permasalahan konten ini.
Bagi saya pribadi, konten yang baik bukanlah konten yang panjang kaya kereta, namun konten yang memang bisa membantu user menemukan informasi yang dia butuhkan. Karena terkadang, konten yang panjang malah bisa membingungkan pembaca. Oleh sebab itu, perlu kita pahami proporsi yang tepat dalam menyajika sebuah konten.
Terkadang, kita juga perlu memahami karakteristik mayoritas pembaca sebelum membuat konten.
Tips: Buang ego ketika sedang membuat konten, karena terkadang kita menilai konten kita sudah bagus, namun di mata mayoritas pengunjung, konten kita tidak laya dibaca.
4. Hindari Backlink Spam
Saya lebih menyarankan untuk mulai membangun strategi untuk ‘mendapatkan’ backlink alih-alih membeli, membuat, apalagi nyepam sana-sini. Hindari PBN, apalagi nebar link kesana-kemari.
Mulai bangun strategi content marketing agar website kita bisa menerima backlink secara cuma-cuma. Tulis konten yang menarik sehingga website lain tertarik menjadikan konten kita sebagai referensi, dan tentunya memberikan link secara cuma-cuma.
Tapi mas, buat blogger kaya saya susah.
Sebagai orang yang berada di dua sisi (blogger dan profesional) saya sangat paham. Terlebih tidak semua orang bisa kreatif dalam membangun sebuah strategi SEO.
Saran saya, jika memang masih terpaksa harus menggunakan backlink semacam PBN, mulailah membangun strategi yang lebih rapi sehingga tidak mudah terdeteksi oleh Google.
Tapi tentu ini saran jangka pendek. Bagaimanapun Google akan terus berbenah setiap tahunnya, membuat algoritma yang makin canggih kedepannya. Sampai kapan mau kucing-kucingan?
Saya setuju dengan poin 3, Konten panjang kaya kereta sering saya temukan di artikel pendidikan dan artikel tentang blog.
Sepintas terlihat profesional, tapi setelah dibaca, kebanyakan isinya hanya ngejar jumlah kata..
..dan lebih parahnya seringkali topik yang diharapkan dari judul yang keren, tidak ada dalam isi artikel.